Friday, June 24, 2016

Ledakan internet yang terus berlangsung dengan gemuruh ini, ternyata telah membawa berkah tak terkira : begitu banyak konten hiburan, informasi bermakna dan kepingan ilmu pengetahuan yang terserak bisa dinikmati dengan gratis.

FREECONOMICS, begitu sebuah istilah menyebut fenomena tentang jutaan konten digital yang bisa dirayakan dengan free.

Namun hati-hati, memiliki mentalitas gratisan ternyata juga bisa membuat kita terpelanting dalam duka. Kenapa? Mari kita ulas pagi ini, ditengah gerimis yaang terus membasahi tanah kita berpijak.

Dalam contoh yang ekstrem, mentalitas gratisan pelan-pelan menghancurkan rasa penghargaan kita pada karya orang lain yang telah dibuat dengan susah payah.

Dan ini muram, sebab begitu kita kehilangan respek pada karya orang lain – dengan otomatis Anda juga membunuh respek pada karyamu sendiri. Dan kelak ini bisa membawa karma pahit dalam jejak sejarah hidupmu.

Contoh : mentalitas gratisan memburu buku bajakan dalam bentuk PDF. Buku bajakan dalam bentuk PDF menjadi marak karena mentalitas gratisan yang begitu akut merasuk.

Saya suka terkejut melihat orang bertanya, mas buku itu ada PDF (bajakannya) ndak? Dimana downloadnya? Atau bahkan ada juga forum yang isinya saling berbagi ebook/PDF bajakan.

Oh man. Mentalitas gratisan semacam itu tidak akan membuat hidupmu menjadi barokah.

Itu contoh ekstrem tentang mentalitas gratisan yang kelam.

Contoh mentalitas gratisan yang lebih santun mungkin seperti ini : selalu hanya memburu ilmu gratisan. Giliran dibuat premium dan harus bayar, langsung ngomel-ngomel : lhah kok harus bayar.

Memburu ilmu gratisan memang sah-sah saja.

Namun kalau mentalitas gratisan itu yang melulu dipelihara, dan kadang dengan sikap merajuk ingin meminta yang gratisan terus (lalu ngomel-ngomel kalau harus berbayar) – ini sikap hidup yang tak sepenuhnya elok.

Kenapa? Karena menanamkan mentalitas gratisan (meminta yang gratis melulu) pelan-pelan tanpa Anda sadari bisa masuk ke alam bawah sadar Anda, dan lalu bisa menciptakan "nasib gratisan".

Maksudnya nasib dan rezeki Anda juga akan selevel yang gratisan, murahan, jadi tidak bisa membesar menjadi kelas premium. Mentalitas gratisan bisa membawa kita terus terpuruk dalan nestapa.

Alasan lain tentu karena kita ingat kalimat heorik ini : investasi terbaik dalam hidup itu adalah investasi untuk mempertajam otakmu.

Dengan kata lain, investasi yang memang penting untuk pemekaran otak dan skills kita acap harus ditebus dengan pengeluaran yang premium.

Contoh : misal ada layanan kursus online berupa ratusan video tutorial tentang internet marketing, ilmu pengembangan diri, personal finance dan manajemen bisnis – dengan biaya akses hanya 350an ribu seumur hidup – apa yang akan Anda lakukan? Kalau saya, akan langsung daftar menjadi anggotanya.

Kenapa langsung join? Karena pelajaran tentang ilmu internet marketing, pengembangan diri dan lain-lain itu bisa memberikan impak yang dramatis bagi penajaman otak saya, dan kelak ini bisa memberikan dampak finansial yang amat masif bagi nasib hidup saya.

Sayangnya, banyak orang yang masih mikir mengeluarkan 350an ribu itu. Yang kelam, orang rela mengeluarkan uang segitu setiap bulan untuk bensin dan pulsa, atau bahkan jutaan untuk beli gadget. Namun giliran investasi untuk otak dengan ongkos yang amat terjangkau, masih mikir dua kali.

Atau mungkin karena banyak orang mikir uang 350 ribuan untuk meraih ilmu itu sebagai COST – bukan INVESTMENT.

Mikirnya sayang ah, keluarin ratusan ribu. Iya, karena fokus pikirannya pada biaya sekarang, bukan pada return atau dampak yang bisa dihasilkan dari investasi ratusan ribu itu.

Kalau orang cerdik, mikirnya IMPAK. Dengan hanya ratusan ribu, dia bisa belajar dari ratusan video tutorial yang sangat valuable. Dan dampak ilmu itu bagi peningkatan income dia bisa ratusan kali lipat dibanding investasi yang hanya ratusan ribu rupiah.

Orang dengan mental gratisan fokus pada BIAYA. Orang dengan mentalitas berkelimpahan akan fokus pada IMPACT dan return on investment. Ini filosofi kunci ketika Anda kelak berhadapan dengan produk ilmu premium yang mungkin ditawarkan secara online.

Sebab sering hasilnya seperti ini : Anda spend 0 rupiah demi gratisan, namun hanya menghasilkan percepatan rezeki 1 juta. Atau Anda spend 300 ribu, dan menghasilkan percepatan income 30 juta. Milih mana? Kalau saya, milih yang kedua.

Itulah namanya mentalitas berkelimpahan, bukan mentalitas gratisan. Untuk meraih percepatan rezeki yang masif, kadang kita mesti mengeluarkan investasi yang pas. Bukan terus memburu yang serba gratisan.

Dilatari oleh prinsip itu, saya rekomendasikan agar setidaknya Anda mengalokasikan dana tertentu untuk investasi demi penajaman kapasitas otak dan skills Anda.

Mungkin jumlahnya cukup 100 ribu per bulan (atau 300 ribu per tiga bulan). Sangat kecil bukan. Kalau mau lebih besar, lebih bagus.

Lalu belanjakan dana itu untuk membeli buku, ikut seminar atau daftar kursus online tentang ilmu manajemen bisnis (kalau kelak ada yang membuka layanan seperti ini).

Akhir kata, selalu kenanglah kalimat ini :


The best investmen in your life is not in property nor gold.

The best investment is educating your mind.
Sharpening your brain.
Accelerating your skills.

SEE YOU AT the TOP

Sumber: ‎http://strategimanajemen.net/2016/02/29/kenapa-mental-gratisan-bisa-membuatmu-terus-terpuruk-dalam-nestapa/?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter

0 comments:

Post a Comment