Wednesday, May 13, 2020


Heboh penjualan daging babi yang dioplos seakan daging sapi di Bandung medio Mei 2020, dalam sekejap menjadi viral. Seperti ritual yang lazim dilakukan saat menjelang lebaran adalah memasak aneka menu daging, seperti rendang, semur dan sebagainya.

Dan berlaku hukum ekonomi, saat dimana permintaan meningkat, maka harga juga meningkat. Daging sapi yang sehari-hari dijual seharga 75-90ribu per kg, saat menjelang lebaran bisa melejit sampai 120ribu per kg. Itulah mengapa, ada upaya mengoplos daging sapi dengan daging babi sehingga harga bisa ditekan. Karena harga daging babi relatif lebih murah hanya sekitar 60ribu per kg ditingkat bandar.

Lalu sebagai umat muslim mana yang akan dipilih? Tetap membeli daging sapi meski harganya selangit atau daging babi yang harga hampir setengahnya? Tentu jawabannya adalah tetap beli daging sapi, tanpa keraguan sedikitpun.

Kalo soal makanan haram, dengan cepat dan tanpa ragu kita umat muslim menolaknya. Namun terkadang kalo soal muamalah, beda ceritanya.

Sebagian umat muslim masih ada yang memiliki rekening di bank/lembaga keuangan konvensional yang akadnya riba, padahal sudah banyak bank/lembaga keuangan syariah.

Sebagian umat muslim masih ada yang memilih akad kerjasama konvensional, padahal banyak pilihan akad kerjasama sesuai syariah yang bisa digunakan.

Sebagian umat muslim masih ada yang melakukan kedzaliman dalam bermuamalah, tidak ada saling rela/ikhlas dalam berbisnis (ada keterpaksaan), suka menipu kandungan bahan baku produk agar margin lebih tinggi dsb.

Sebagian umat muslim masih ada yang melakukan spekulasi, menimbun bahan baku, melakukan riswah (suap), merekayasa kontrak kerja/lelang dsb.

Sekali lagi, kalo soal makanan haram/halal, dengan cepat dan tanpa ragu kita umat muslim menolak dan bereaksi keras. Namun terkadang kalo soal muamalah, beda ceritanya.

Hmm.. jangan-jangan batas keimanan umat muslim masih sebatas soal makanan, semoga tidak. Karena kalo bukan umat muslim yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia, siapa lagi yang mampu menguatkan ekonomi syariah?

Wallahualam

0 comments:

Post a Comment