Sunday, June 6, 2021

Ada pepatah Cina yang mengatakan bahwa kekayaan suatu keluarga tidak akan bertahan hingga generasi ketiga. Pepatah ini ternyata ada benarnya bila kita melihat statistik mengenai bisnis keluarga dari berbagai negara yang menunjukkan hanya sedikit bisnis keluarga yang bisa bertahan mulus hingga generasi ketiga, keempat bahkan lebih.


Salah satu permasalahannya adalah kerangka bisnis yang bersifat “monarki” di mana pemilihan pemimpin atau pun manajemen ditunjuk berdasarkan garis keturunan, bukan berdasarkan keahlian. Bisnis keluarga memang menjadi penggerak perekonomian di suatu negara, namun sayangnya hanya sedikit yang melakukan penelitian mengenai eksistensi bisnis model ini di tengah era globalisasi.

Mengapa sekolah bisnis tidak mengeksplorasi dinamika bisnis keluarga dan mengajarkan siswa cara mengelolanya? Apakah bisnis keluarga dianggap kecil atau tidak signifikan dalam jangka panjang? Faktanya ada banyak bisnis keluarga di berbagai belahan dunia yang bisa sukses. Hermes, Heineken, Ford Motor dan Marriot International adalah beberapa contohnya. Di Indonesia ada beberapa bisnis keluarga yang juga sukses seperti Sampoerna dan Indofood.

Berikut adalah A-Z mengenai bisnis keluarga yang akan menjelaskan secara singkat keunikan dari bisnis model ini.

Alignment of goals (Keselarasan tujuan)

Peneliatian menunjukkan faktor kunci atas gagalnya banyak bisnis keluarga adalah karena ketidakmampuannya untuk menyelaraskan kebutuhan dan keinginan dari para stakeholder dalam bisnis.


Branding

Banyak bisnis keluarga memandang remeh nilai dan manfaat dari branding suatu bisnis keluarga. Ekuitas brand telah lama dianggap sebagai aset berharga yang sangat diinginkan oleh bisnis mana pun.


Communication (Komunikasi)

Di banyak bisnis keluarga, kemampuan melakukan komunikasi yang baik antar generasi adalah faktor penting dalam kesuksesan dan keberlanjutan suatu bisnis.


Directorships (Kepemimpinan)

Salah satu permasalahan dalam suatu bisnis keluarga  adalah menentukan direktur. Permasalahan ini semakin besar ketika faktor emosi dan sosial turut terlibat. Salah satu kunci dari jajaran pemimpin yang sukses adalah menunjuk direktur independen di luar lingkup keluarga.


Estate planning (Perencanaan waris)

Perencanaan waris yang efektif untuk suatu bisnis keluarga juga berpengaruh pada keberlanjutan bisnis, likuiditas, dan kebutuhan keluarga masa depan dari para stakeholder-nya.


Family context (Konteks keluarga)

Termasuk di dalamnya adalah dinamika keluarga seperti hubungan, kepercayaan, rasa hormat, peran anggotanya dan alat penggerak kepemimpinan seperti dewan keluarga dan konstitusi keluarga.


Governance (Pimpinan)

Struktur pimpinan perusahaan dari suatu bisnis keluarga sering kali tidak tersusun dengan jelas dibandingkan dengan perusaan publik.


Human resources (Sumber daya manusia)

Perusahaan keluarga yang bijak sebaiknya merekrut dua generasi karyawan. 1. Pemuda: untuk menunjukkan daya saing: 2. Karyawan Berpengalaman: Untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman.


Inflexibilty (Kaku)

Masuk ke dalam bisnis keluarga seakan sedang masuk ke terowongan waktu. Komentar seperti “Segala sesuatu selalu dilakukan seperti ini karena Ayah melakukannya seperti ini” sering kali terdengar. Banyak bisnis keluarga yang terikat dengan cara-cara lama dan enggan berubah.


Joining the family business (Masuk ke dalam bisnis keluarga)

Generasi selanjutnya yang masuk ke dalam bisnis keluarga menemukan diri mereka dalam posisi yang unik dan menjanjikan, di mana mereka memiliki peluang untuk membangun karier yang menantang bagi diri mereka. Namun, jika generasi selanjutnya masuk dengan alasan yang salah – mencari perlidungan yang aman atau karena mereka ditekan untuk masuk oleh orang tua mereka – ini mungkin menjadi keputusan yang akan mereka sesali.


Knowledge (Pengetahuan)

Bisnis keluarga dibedakan dari caranya menjalankan bisnis. Mereka mungkin memiliki teknologi atau gagasan yang tidak dimiliki rivalnya. Hal ini akan terus hanya diketahui oleh pihak internal dari suatu bisnis keluarga dan tidak akan diketahui oleh masyarakat umum.


Leadership (Kepemimpinan)

Gaya kepemimpinan sering mempengaruhi karakteristik operasional dari suatu bisnis, dan ini sangat nyata terlihat dalam bisnis keluarga.


Matriarchs (Perempuan sebagai pemimpin)

Sering kali seorang pasangan (istri) tidak sadar jika dirinya memiliki peran penting terhadap kesuksesan suatu bisnis, meskipun dia tidak memiliki posisi formal dalam bisnis tersebut. Matriarchs sering menjadi penghubung yang menyokong kebersamaan bisnis keluarga dari sisi perasaan.


Nepotism (Nepotisme)

Banyak bisnis keluarga dikenal sering memasukkan anggota keluarga atau teman ke dalam bisnis. Sebagai contoh, banyak anggota dewan dalam suatu bisnis berasal dari kerabat dekat yang secara langsung atau tidak langsung mendapatkan keuntungan dari hubungannya dengan sang pemiliki bisnis.


Ownership (Kepemilikan)

Sering kali ditemukan bahwa bisnis keluarga dicirikan dengan banyaknya orang yang menjadi pemilik. Ketika bisnis telah berjalan hingga generasi 3 atau 4, mungkin saja ditemukan 20 atau lebih anggota keluarga yang memiliki bagian dari bisnis tersebut.


Philanthropy (Dermawan)

Sifat dermawan dari suatu bisnis keluarga merupakan hasil dari nilai dalam keluarga, kebutuhan untuk mempererat keluarga, dan tetap terhubung dengan sejarah panjang pencapaian keluarga,


Quibble (Berdalih)

Konflik dalam bisnis keluarga sering terjadi karena perselisihan yang terjadi terus menerus, di mana aktivitas perdebatan lebih penting dibanding topik yang diperdebatkan.


Roles (Peran)

Perbedaan penting antara bekerja untuk bisnis keluarga dengan bekerja di perusahaan terbuka terletak pada dua peran yang harus dijalankan dalam perusahaan dan dalam keluarga. Perbedaan tujuan antara peran sebagai seorang anak dan manajer yang memberikan laporan kepada seorang ayah sekaligus seorang direktur sering kali terjadi, sehingga menimbulkan stress dan konflik.


Succession planning (Perencanaan penerus)

Di Asia, kata perencanaan penerus sering dikaitkan dengan kematian, cacat, dan hal negatif lainnya. Perencanaan penerus yang baik harus dilakukan jauh sebelum sang pemimpin pensiun. Pepatah Cina mengatakan “Untuk menuai buah di masa depan, benih harus ditanam hari ini.”


Transgenerational (Antargenerasi)

Di setiap generasi, pandangan mengenai apa yang “diterima” atau “wajar” tentu berbeda, sehingga menyebabkan jarak antargenerasi. Akibatnya terjadilah konflik dan ketegangan yang membawa penurunan pada bisnis.


Undermanned (Kekurangan karyawan)

Kekurangan tenaga kerja atau keengganan untuk mendukung sumber daya manusia sering berakibat pada anggota keluarga yang berperan dan bertanggung jawab tidaklah kompeten.


Value of the family business (Nilai dari bisnis keluarga)

Nilai sejati dari suatu bisnis keluarga lebih dari sekadar nilai yang ditetapkan oleh laporan keuangan. Nilai, kepercayaan, pesan moral, pengalaman dari kehidupan adalah nilai sejati dari suatu bisnis keluarga.


Women (Perempuan)

Perempuan memiliki peran penting dalam bisnis keluarga yaitu menentukan kesuksesan dan kegagalan serta eksistensinya di masa depan. Perempuan bisa berkontribusi di banyak posisi dalam bisnis modern saat ini, berperan sebagai istri sang pendiri perusahaan, ibu dari penerus bisnis selanjutnya, saudara perempuan dari pemimpin perusahaan, serta peran lainnya. Hal ini menegaskan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam bisnis keluarga.


Xenophobia (Takut terhadap orang asing)

Dinamika bisnis keluarga tidak akan selesai tanpa menyebutkan xenophobia yang menghinggapi para pemilik bisnis, sehingga peran karyawan yang bukan bagian dari keluarga umumnya terbatas dan di jabatan bawah. Hal ini terjadi umumnya karena ketidakpercayaan dan keenganan untuk membagikan cara menjalankan bisnis dengan orang lain di luar keluarga.


Yardstick of performance (Tolok ukur kinerja)

Banyak pemilik bisnis keluarga yang enggan menjalankan evaluasi kinerja  terhadap anggota keluarga yang terlibat dalam bisnis karena hanya akan mengakibatkan tekanan psikologis. Akhirnya penetapan tolok ukur kinerja untuk melihat performanya dari orang-orang yang terlibat hampir tidak ada dalam bisnis keluarga.


Zeal of the family members (Semangat dalam bisnis keluarga)

Dengan semakin banyaknya stakeholder di setiap generasi dalam bisnis keluarga, perlu adanya manajemen terhadap semangat dari setiap bagian bisnis keluarga, khususnya ketika fase pemilihan pemimpin selanjutnya, promosi dalam setiap generasi, dan melakukan review terhadap tiap anggota keluarga yang terlibat.


Konsep dalam memahami suatu bisnis keluarga merupakan fenomena yang masih baru. Namun, konsep ini dikenal dengan cepat di seluruh belahan dunia karena menawarkan pengetahuan dan wawasan yang berasal dari penelitian dan studi kasus. Melalui pemahaman yang mendalam dan penghargaan terhadap A – Z terkait bisnis keluarga, seseorang bisa berharap adanya sinergi yang luar biasa dari kerja sama antar generasi, pembelajaran dan performa.

*Sumber:

Ditulis oleh Roger Loo – Management Consulting Service
Artikel ini pertama kali diterbitkan di The Business Times

0 comments:

Post a Comment