Tuesday, July 21, 2015

Barangkali ada yang pernah mengalami, dulu saat masih pengantin baru seorang istri bertanya pada suaminya tentang makanan kesukaannya. Setelah dijawab, ternyata sang istri tidak familiar dengan masakan tersebut. Namun dia tak kurang akal, dia searching di internet demi menemukan resep masakan tersebut. 

Setelah ketemu, dengan penuh semangat dia pun mulai mengumpulkan bahan-bahan dan segera memasaknya. Setahap demi setahap sambil sesekali melirik resep dari internet yang sudah dia print. Setelah masakan jadi, langsung dia persilakan suaminya untuk mencicipi. Sambil menunggu-nunggu kata-kata apa yang akan keluar dari mulut suami tercintanya itu…

"Mmmm…, kok kurang asin ya… Mericanya kurang halus nih… bla bla bla…",

ternyata itulah kata-kata pertama suaminya… Jika Anda jadi sang istri, bagaimana perasaan Anda saat itu?

Kecewa, sedih, terluka…

Hmm, padahal Anda sudah bersusah payah ingin memberikan yang terbaik untuk orang yang paling Anda cintai. Bukannya pujian atau ucapan terima kasih yang didapat, malah koreksi disana-sini.
Ya, jika Anda merasa kecewa, sedih, dan terluka. Itu wajar saja.

Pertama, tentu karena harapan Anda untuk dipuji oleh suami begitu tinggi. Sedangkan yang terjadi malah sebaliknya.

Kedua, karena sangat manusiawi jika seseorang lebih suka menerima pujian daripada kritikan.
Seberapa seringkah Anda memuji pasangan Anda?

Ketahuilah bahwa dipuji merupakan salah satu kebutuhan pasangan, karena dengan dipuji maka pasangan kita merasa dihargai dan dihormati, sekecil apapun pujian itu, jika diniatkan untuk menyenangkan pasangan kita dan dalam frame beribadah kepada Alloh SWT maka akan bernilai ibadah dan bermanfaat dunia akhirat.

Islam tidak melarang siapa pun untuk memberikan pujian kepada orang lain. Karena pujian dapat menjadi kekuatan positif jika diberikan secara proporsional. Ia akan menjadi dorongan yang kuat bagi si penerima pujian untuk melakukan amal-amal kebajikan.

Kaum Adam pun Sama
Urusan puji memuji bukan hanya spesial buat kaum wanita. Pria pun ingin dan butuh suatu pujian. Kalau para suami itu mau jujur, sebenarnya perasaan mereka tidak jauh beda dengan para istri, dalam hal keinginan untuk dipuji.

Pujian, bagi kita menandakan suatu penghargaan terhadap kelebihan atau usaha jerih payah kita. Sudah jadi kodratnya, manusia itu suka dihargai dan berharap sekali setiap orang menghargai, terlebih istri tercinta.

Reaksi suami ketika dipuji pun tak jauh beda dengan para istri. Tersenyum, tertawa, malu-malu, atau yang lainnya sebagaimana umum terjadi pada wanita.

Yang Boleh dan Dilarang 
Pada asalnya hukum memuji boleh-boleh saja. Kapan pun dan buat siapa pun. Namun, ada pengecualian dan itu termasuk pujian yang dilarang, yaitu jika pujian kita tersebut berlebihan, atau ada tujuan tertentu yang bertentangan dengan syariat agama, seperti menjilat atasan, dan lain sebagainya. Termasuk juga dalam larangan yaitu pujian yang membuat sombong, sum'ah, dan ujub.

Larangan memuji demikian itu disyariatkan oleh Rosululloh SAW,
"Janganlah kalian mengagungkanku seperti yang diperbuat orang Nasrani terhadap Isa bin Maryam, karena sebenarnya aku tidak lebih dari hamba Alloh. Sebut saja aku ini hamba Alloh dan Rosul-Nya". (HR. Bukhari)

Dari hadits di atas dapat diambil pelajaran bahwa pujian itu harus sesuai dengan kenyataan dan tidak boleh berlebih-lebihan (sampai keluar dari yang sebenarnya).

Satu kisah dari Ibnu Abbas RA bisa menjadi pelajaran bagi Anda akan pentingnya menyenangkan hati istri, sebagaimana Anda juga berharap demikian. Ibnu Abbas RA berkata,
"Aku berdandan diri untuk kepentingan istriku sebagaimana ia berdandan untuk kepentinganku. Aku tidak mau hanya menikmati hakku dari dirinya tetapi aku pun ingin ia memperoleh haknya dariku. Karena Alloh SWT telah menyatakan, 
"…dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf.." (Al Baqoroh : 228)

Dengan demikian, satu hal yang lumrah bila Anda harus berbuat yang terbaik buat pasangan tercinta. Namun perlu jadi catatan, apa pun pujian pasangan terhadap Anda tidak kemudian menjadikan Anda sombong atau ujub. Jangan sampai pula, setiap apa yang Anda lakukan buat pasangan bertujuan agar dipuji olehnya. Biarlah pujian itu keluar secara alamiah, bukan sesuatu yang menjadi niat Anda. Niat Anda tetap satu yaitu ingin menyenangkan hati pasangan, menyayangi dirinya, dan menjalankan perintah agama, karena yang demikian itu yang berpahala, selain itu berdosa.

Oleh karena itu, kenapa harus berat atau malu untuk memuji sang kekasih hati?
Sudahkah memuji pasangan ‎Anda hari ini? 

Wallahualam

#salinbagi

0 comments:

Post a Comment