Sunday, December 13, 2015

Beberapa hari ini praktis tiap malam saya melihat iklan "Gerakan Nasional Revolusi Mental", yang nongol hampir di semua stasiun TV nasional. Lagi seru-serunya nonton acara talk show kasus "Papa Minta Saham", sekonyong-sekonyong iklannya nylonong.

"Revolusi mental adalah satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia menjadi manusia baru yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang-rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala…" 

Begitu bunyi iklan sloganistik tersebut. Serta-merta slogan puitik ini kemudian diikuti dengan tulisan hasthag, yang sekaligus menutup iklan: #ayoberubah.

Iklan himbauan berubah ini demikian menyentuh karena disajikan dengan kata-kata puitik nan indah, gambar-gambar menawan, himbauan yang inspiratif, dengan tone yang patriotik dan bernuansa Merah Putih. Pokoknya serba menawan. Saya iseng-iseng googling, rupanya anggaran kampanye" ini begitu fantastis, mencapai lebih dari Rp. 140 milliar

"Papa Minta Saham"

Namun ironis, di tengah sajian iklan yang menawan itu saya disuguhi tontonan sidang MKD kasus "Papa Minta Saham" yang membikin dada sesak. Dada saya sesak mendengar rekaman percakapan pejabat negara wakil rakyat yang melakukan tindakan tercela dengan melakukan deal-deal bisnis demi keuntungan pribadi dan kelompoknya. Dada saya makin sesak ketika menyaksikan Yang Mulia para anggota MKD yang mati-matian melindungi si pejabat, sekali lagi, demi kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Karena ulah para anggota MKD inilah, teman grup WA saya membikin meme satir: "Di Korea Utara orang salah di hukum MATI. Di Tiongkok Koruptor dihukum MATI. Di Indonesia orang salah dibela sampai MATI." Demi kepentingan pribadi dan kelompok, para wakil rakyat itu seolah tertutup hati dan nuraninya.

Kembali ke iklan "Revolusi Mental". Iklan itu dengan elegan meminta saya, rakyat kecil, untuk menjadi manusia baru berhati putih, berkemauan baja, dan beremangat elang-rajawali. Namun di sisi lain para pejabat tinggi justru berhati hitam, berjiwa miskin, dan bermental korup. Mana bisa? Bagaimana kita rakyat kecil diminta berubah sementara para pejabat dan pemimpinnya justru pancet tidak mau berubah. Bagaimana bisa mengharapkan rakyat kecil berkarakter mulia, kalau para pemimpinnya berakhlak tercela.

Dengan karakter pejabat yang compang-camping semacam itu, maka iklan itu dengan sendirinya habis, kehilangan kredibilitasnya. Kata-kata puitik nan indah, gambar-gambar menawan, dan himbauan yang inspiratif pada iklan itu menjadi tak ada artinya tatkala para pemimpin dan pejabatnya memberi teladan yang sebaliknya.

Product Advertise Itself
Dalam dunia pemasaran, kampanye yang paling ampuh adalah kampanye dimana produk memasarkan dirinya sendiri: "product advertise itself". Ambil contoh Google. Apakah Anda pernah melihat mesin pencari Google diiklankan di TV, radio, atau koran? Mana ada! Mesin pencari Google kita pakai hampir tiap hari karena memang kemampuan mesin pencari ini luar biasa. Kita baru mengetik dua huruf saja Mbah Google langsung tahu kata kunci yang akan kita cari. Sekali lagi, product advertise itself. Produk yang bagus adalah alat pemasaran yang paling ampuh, bukan iklan.

Nah, yang kita butuhkan sekarang bukanlah kampanye iklan "Revolusi Mental" beranggaran ratusan miliar, tapi tindakan kongkrit yang merupakan wujud dari revolusi mental itu. Mengikuti prinsip piramida, tindakan kongkrit itu harus datang dari pemimpin di pucuk piramida, yaitu: presiden dan menteri; ketua MPR, DPR, DPD berikut anggotanya; gubernur, bupati, camat lurah; dst-dst. Begitu mereka memberi contoh baik, maka dengan sendirinya rakyat mengikuti.

Jadi, agar kampanyenya ampuh, seharusnya mental para pemimpin dan pejabat itu yang diperbagus terlebih dahulu. Setelah bagus baru kemudian dipromosikan ke rakyat kecil di bawah. Apakah mempromosikannya via TV, radio, atau koran? Bukan! Mempromosikannya melalui keteladanan. Keteladanan inilah yang saya sebut sebagai "produk". Jadi kalau keteladanannya buruk, maka mau diiklankan kayak apapun pasti tak akan berhasil. Sebaliknya, jika keteladanannya bagus, maka tidak diiklankan pun akan tetap laku alias "dibeli" rakyat. Product advertise itself.

Oleh karena itu saya percaya, jika pejabat yang ada di dalam rekaman sidang MKD itu mau mengaku salah, kemudian meminta maaf kepada seluruh rakyat, dan kemudian secara legowo mengundurkan diri, maka itulah keteladanan yang dicari rakyat. Keteladanan semacam itulah yang akan mampu membentuk rakyat menjadi berakhlak dan berkarakter mulia. So, keteladanlah yang akan menciptakan revolusi mental, bukan iklan puitik beranggaran ratusan miliar rupiah.

Yuswohady

‎http://www.yuswohady.com/2015/12/12/iklan-revolusi-mental/?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter&fdx_switcher=true

www.youtube.com/watch?v=rgAQdrShz4Q

0 comments:

Post a Comment