Saturday, February 1, 2020

Menjalani hidup menjadi anggota keluarga di Indonesia penuh dengan dogma dan pemahaman yang turun temurun dari generasi sebelumnya. Menjadikan ada beberapa mitos yang tumbuh di banyak keluarga di Indonesia.

Sebagai contoh, sosok Ayah sebagai kepala keluarga dimitoskan harus mampu tegar dan membahagiakan serta membuat keluarga sejahtera. Hanya Ayah yang wajib tahu hal-hal susah dan menyedihkan dalam keluarga, dan membiarkan anggota keluarga lainnya taunya yg baik-baik saja agar mereka tetap bahagia.

Sosok ibu dimitoskan menjadi pengasuh sekaligus pendidik anak-anak. Ibu harus selalu tampil ceria dan bersemangat dalam keseharian sehingga seluruh anggota keluarga menjadi ikut bahagia karenanya.

Sosok anak sulung (apalagi sulung laki-laki), menjadi panutan adik-adiknya. Wajib melindungi dan mengawasi adik-adiknya agar terhindar dari bahaya. Anak sulung memiliki tanggung jawab untuk menjadi yang terbaik dan selalu ada bila adik-adiknya memerlukannya.

Sosok anak tengah, biasanya menjadi penengah dan tempat curhatan adik dan kakaknya. Menjadi pendamai sekaligus cenderung jiwanya rapuh karena awalnya adalah anak bungsu yang akhirnya memiliki adik. Namun sebagai kakak si bungsu, anak tengah tidak boleh lagi mengeluh atau bermanja-manja.

Sosok anak bungsu, biasanya serba istimewa dan mendapat perhatian lebih dari ortu dan adik-adiknya. Semua kebutuhan dan keperluannya didukung oleh keluarga, biasanya anak bungsu justu menjadi manja dan tidak memiliki pilihan dalam keputusan, semua sdh diatur dan disediakan.

Semua peran dan mitos dalam keluarga diatas telah turun temurun berkembang di keluarga Indonesia, apapun sukunya ada kemiripan dalam peran sebagai anggota keluarga. Satu hal yang ingin dicapai dalam keluarga yaitu bahagia dan sejahtera, terhindar dari kesulitan dan kesedihan. Sehingga untuk mencapai hal tersebut apapun akan dilakukan oleh seluruh anggota keluarga, terutama oleh ayah dan ibu. Dan seringkali mereka melakukannya dengan versi dirinya, tanpa mengkomunikasikan dengan anggota keluarga.

Keterbukaan dalam keluarga tidak pernah ada dalam kamus keluarga zaman oldl, baru ada di era zaman now... namun bukankah ortu zaman now adalah produk pengasuhan ortu zaman old? Sehingga bisa jadi ada sisa-sisa pemahaman dan mitos yang masih menetap dalam otak tak sadar (unconcious mind) ortu zaman now yang perlu segera dibenahi dalam mewujudkan keluarga yang bahagia dalam arti sebenarnya bukan sekedar pencitraan/semu. Banyak mitos gaya parenting yang perlu kita luruskan dan benahi agar tidak berlanjut ke generasi berikutnya. Terhindar dari luka batin yang suatu saat bisa meledak dan melukai pasangan dan keluarganya kelak.

Nah bicara tentang film bertema parenting, saat ini sedang tayang film Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini - NKCTHI yang sampai dengan minggu ke-3 penayangannya sudah tembus lebih dari 2.000.000 penonton (tayang mulai 2 Januari 2020)


Saya rekomendasikan para ayah dan ibu menonton film ini bersama keluarganya (mumpung masih tayang di bioskop saat tulisan ini dibuat). Banyak hikmah dan gaya parenting yang bisa kita dapatkan dari film ini. Film ini menceritakan mitos-mitos dan realita yang terjadi di keluarga Indonesia. Umumnya dilakukan oleh generasi baby boomers dan gen X, dan korbannya adalah gen Y dan gen Z.

Perpaduan penulisan skenario yang kuat, penyutradaraan yang jempolan, tata kamera dan tata cahaya yang keren, musik yang kekinian serta jajaran artis pemeran yang tampil natural menjadikan film ini layak banget ditonton oleh seluruh anggota keluarga. Film ini berhasil menampilkan realitas kondisi keluarga Indonesia era 80an, 90an dan kekinian, relate banget kata anak milenials.

Tips untuk mendapatkan insight lengkap dari film ini adalah nonton sejak awal (jangan telat) karena di film ini menampilan scene yang melompat-lompat dari cerita masa depan, masa kini dan masa lalu (flashback) dengan cast yang berbeda. Saat ini sedang tayang NKCTHI versi Director's Cut yang memiliki durasi lebih panjang 7 menit dari versi aslinya. Hal ini dikarenakan adanya tambahan scene yang sebelumnya terpotong sesuai kebutuhan komersial.

Credit for Angga Dwimas Sasangko as director and Marchella FP for original story of NKCTHI, and all cast and crew, well done.

"Kita tidak bisa mengubah arah angin, namun kita bisa mengubah arah layar.."
"Bagaimana kita bisa merasakan bahagia, jika kita tidak pernah merasakan kesedihan.."
"Selalu ada yang pertama kali dalam semua hal, termasuk gagal.."

Untuk keluarga Indonesia yang mampu bangkit dari dari luka batin yang tak terungkapkan.

Salam Sukses Penuh Keberkahan
Rully Bhaskara
Certified Business Coach

0 comments:

Post a Comment